Tuberkulosis paru, atau yang sering disebut TBC paru, adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini terutama menyerang paru-paru, namun bakteri juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain seperti tulang, ginjal, dan otak jika tidak diobati dengan baik. TBC merupakan salah satu penyakit infeksi menular tertua yang pernah ada dan tetap menjadi masalah kesehatan serius di banyak negara, terutama negara-negara berkembang. Meskipun TBC dapat disembuhkan, kurangnya pengobatan yang tepat dan pengetahuan masyarakat yang rendah menyebabkan penyebaran penyakit ini masih tinggi.
Penyebab Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyebar melalui udara ketika seseorang yang terinfeksi batuk, bersin, atau bahkan berbicara. Bakteri tersebut bisa bertahan di udara dalam jangka waktu tertentu, dan ketika orang lain menghirupnya, infeksi dapat terjadi.
Tidak semua orang yang terpapar bakteri TBC akan langsung jatuh sakit. Tubuh manusia memiliki kemampuan untuk melawan bakteri penyebab TBC, dan dalam banyak kasus, bakteri dapat “dikurung” oleh sistem kekebalan tubuh dan tidak menimbulkan gejala. Kondisi ini disebut infeksi laten, di mana bakteri tetap berada di dalam tubuh tetapi tidak aktif dan tidak menyebabkan gejala. Namun, pada suatu waktu, terutama ketika daya tahan tubuh menurun, infeksi laten ini bisa berkembang menjadi infeksi aktif.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena TBC paru antara lain:
- Sistem Kekebalan Tubuh Lemah: Orang dengan kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV/AIDS, pasien kanker, atau mereka yang mengonsumsi obat imunosupresif, lebih rentan terhadap TBC.
- Kontak dengan Penderita TBC Aktif: Seseorang yang tinggal atau bekerja dalam lingkungan dekat dengan penderita TBC aktif berisiko lebih tinggi terinfeksi.
- Kondisi Lingkungan: Tinggal di lingkungan dengan ventilasi yang buruk atau daerah dengan angka TBC tinggi, seperti di beberapa wilayah Afrika, Asia, dan Amerika Latin, meningkatkan risiko infeksi.
- Merokok dan Penggunaan Zat Terlarang: Merokok dan penggunaan narkoba juga dapat meningkatkan kerentanan seseorang terhadap TBC.
Gejala Tuberkulosis Paru
Gejala TBC paru bisa bervariasi tergantung pada tingkat keparahan infeksi dan kondisi kesehatan penderita. Gejala utama yang paling sering dialami adalah batuk berkepanjangan, yang biasanya berlangsung lebih dari tiga minggu. Batuk ini mungkin disertai dengan dahak dan kadang-kadang darah.
Selain itu, gejala TBC paru yang lain termasuk:
- Demam Ringan: Demam ringan yang berlangsung terus-menerus dan lebih terasa pada sore atau malam hari.
- Berkeringat di Malam Hari: Penderita TBC paru seringkali mengalami keringat berlebih di malam hari tanpa penyebab yang jelas.
- Penurunan Berat Badan: Penurunan berat badan yang signifikan tanpa adanya perubahan pola makan adalah salah satu gejala umum TBC.
- Kelelahan: Penderita TBC seringkali merasa lelah dan lemah, bahkan jika tidak melakukan aktivitas fisik yang berat.
- Nyeri Dada dan Sesak Napas: Pada beberapa kasus, penderita dapat merasakan nyeri di dada dan mengalami sesak napas, terutama jika infeksi sudah meluas di paru-paru.
Jika tidak segera diobati, gejala-gejala ini dapat memburuk dan menyebabkan komplikasi serius seperti kerusakan paru-paru permanen.
Diagnosis Tuberkulosis Paru
Mendiagnosis TBC paru memerlukan serangkaian tes medis untuk memastikan keberadaan bakteri Mycobacterium tuberculosis. Berikut adalah beberapa langkah yang biasanya dilakukan dokter untuk mendiagnosis TBC:
Tes Kulit Mantoux:
Tes ini dilakukan dengan menyuntikkan sejumlah kecil zat tuberkulin di bawah kulit lengan. Setelah 48 hingga 72 jam, dokter akan memeriksa apakah ada reaksi di area suntikan. Jika area tersebut membengkak dan memerah, ini dapat menjadi tanda bahwa tubuh bereaksi terhadap bakteri TBC.
Tes Darah:
Tes darah juga bisa digunakan untuk mendeteksi infeksi TBC, terutama untuk mereka yang sudah divaksinasi dengan BCG, karena vaksin ini bisa menyebabkan hasil positif palsu pada tes kulit Mantoux.
Rontgen Dada:
Pada kasus TBC paru, rontgen dada bisa menunjukkan adanya perubahan atau kerusakan pada paru-paru. Ini adalah salah satu cara cepat untuk melihat apakah paru-paru telah terinfeksi.
Tes Dahak:
Pengambilan sampel dahak dari pasien yang batuk produktif dapat membantu mendeteksi bakteri TBC secara langsung melalui pemeriksaan mikroskopis atau kultur bakteri.
Tes Molekuler Cepat (GeneXpert):
Tes ini menggunakan teknologi molekuler untuk mendeteksi DNA bakteri TBC dalam dahak pasien. Hasil tes ini lebih cepat dibandingkan dengan kultur dahak konvensional.
Pengobatan Tuberkulosis Paru
Pengobatan TBC paru melibatkan penggunaan antibiotik yang harus dikonsumsi selama jangka waktu tertentu. Pengobatan ini biasanya berlangsung selama minimal 6 bulan, tergantung pada tingkat keparahan infeksi. Beberapa obat yang umum digunakan dalam pengobatan TBC meliputi isoniazid, rifampisin, etambutol, dan pirazinamid.
Penting untuk meminum obat secara rutin sesuai dengan anjuran dokter. Penghentian pengobatan sebelum waktunya atau ketidakpatuhan dalam mengikuti regimen pengobatan dapat menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap obat-obatan, yang dikenal sebagai TBC resisten obat (MDR-TB).
Pasien dengan MDR-TB memerlukan pengobatan yang lebih panjang dan lebih kompleks, dengan penggunaan antibiotik yang lebih kuat dan berpotensi menyebabkan efek samping yang lebih berat. Selain itu, pengobatan TBC paru juga melibatkan pemantauan secara berkala oleh tenaga medis untuk memastikan bahwa pasien merespons pengobatan dengan baik dan tidak mengalami efek samping yang serius.
Pencegahan Tuberkulosis Paru
Pencegahan TBC paru melibatkan langkah-langkah untuk mengurangi penularan bakteri Mycobacterium tuberculosis di masyarakat. Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:
Vaksinasi BCG:
Vaksin Bacillus Calmette-Guérin (BCG) memberikan perlindungan terhadap beberapa jenis TBC, terutama pada anak-anak. Vaksin ini umumnya diberikan pada bayi di negara-negara dengan angka TBC tinggi.
Mengenali Gejala Awal:
Mengenali gejala TBC sejak dini dan segera mendapatkan diagnosis serta pengobatan dapat mencegah penyebaran penyakit ini kepada orang lain.
Ventilasi yang Baik:
Bakteri TBC menyebar melalui udara, jadi penting untuk memastikan lingkungan tempat tinggal atau kerja memiliki sirkulasi udara yang baik. Ventilasi yang memadai dapat mengurangi konsentrasi bakteri di udara.
Masker:
Penggunaan masker, terutama bagi penderita TBC yang sedang menjalani pengobatan, dapat membantu mengurangi risiko penyebaran penyakit.
Menjaga Sistem Kekebalan Tubuh: Menjaga daya tahan tubuh tetap kuat melalui pola makan sehat, istirahat yang cukup, dan gaya hidup sehat dapat membantu mencegah infeksi TBC, terutama pada individu yang tinggal di daerah dengan risiko tinggi.
Komplikasi Tuberkulosis
Tuberkulosis bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani. Seiring berjalannya waktu, bakteri dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru atau organ lain yang terinfeksi.
Beberapa komplikasi TBC yang perlu diwaspadai meliputi:
- Nyeri punggung, yang merupakan komplikasi umum dari TBC.
- Kerusakan sendi yang dapat memengaruhi bagian pinggul dan lutut.
- Pembengkakan pada selaput yang melapisi otak (meningitis), yang ditandai dengan sakit kepala berkepanjangan selama berminggu-minggu.
- Gangguan pada hati atau ginjal.
- Peradangan serta penumpukan cairan di paru-paru yang dapat menghambat kemampuan jantung dalam memompa darah (tamponade jantung).
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang serius, tetapi dengan pengobatan yang tepat dan pencegahan yang baik, penyebaran dan dampaknya dapat dikendalikan. Penting untuk mengenali gejala TBC sejak dini dan segera berkonsultasi dengan tenaga medis jika ada tanda-tanda infeksi. Pengobatan yang disiplin serta langkah-langkah pencegahan yang efektif adalah kunci utama dalam mengatasi penyakit ini. Meskipun tantangan dalam penanggulangan TBC masih ada, upaya global untuk meningkatkan kesadaran dan akses pengobatan dapat membantu mengurangi angka infeksi TBC di seluruh dunia. Cari tahu lebih lanjut tentang: Tuberkulosis Paru: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya)
Sumber: Tuberkolusis
Untuk Informasi selanjutnya Anda bisa kunjungi Website di https://bloominghealthcare.id kami atau hubungi kami via whatsapp